Tidak Percaya TUHAN, Ragu Berhenti Jadi Karyawan
Wejangan Dr. Aqua Dwipayana
Berikut Wejangan Dr. Aqua Dwipayana 11 November 2017, ” Tidak Percaya TUHAN, Ragu Berhenti Jadi Karyawan ” melalui WAG KOMPASS (WhatsApp Group Komunitas Para Sales Sumenep).
Dr. Aqua Dwipayana, menetap di Yogyakarta (Kompasser Yogyakarta), Motivator Nasional, Konsultan Komunikasi, Pengamat Militer dan Kepolisian RI, dan Penulis buku Best Seller “The Power of Silaturahim: Rahasia Sukses Menjalin Komunikasi”.
Tidak Percaya TUHAN, Ragu Berhenti Jadi Karyawan
*Makin Sejahtera Lahir Batin setelah Mandiri dengan Tarif Rp 60 Juta Nett/2 Jam
“Pak Aqua, saya ingin berhenti kerja seperti Bpk sehingga atasan satu2nya hanya TUHAN. Namun sampai sekarang belum ada keberanian utk melakukan itu. Apalagi keluarga saya belum tentu mendukung,” ujar beberapa teman saya senada.
Akhir2 ini makin banyak teman saya yg curhat tentang dirinya. Mereka galau karena sudah tidak betah di tempat kerjanya dengan berbagai alasan. Sementara untuk mengundurkan diri tidak ada keberanian. Akhirnya bekerjanya setengah hati dan kinerjanya tidak optimal.
Jika sudah begitu semuanya mengalami kerugian. Perusahaan tempatnya bekerja, lingkungan pekerjaannya, dirinya, keluarga, dan saudara2nya.
Lambat atau cepat kredibilitas teman tsb akan menurun baik di mata pimpinan maupun teman2nya. Penyebabnya bekerja setengah hati sehingga hasil kerjanya tidak maksimal.
Ketika teman2 itu menyampaikan isi hatinya, saya menyimak dgn serius. Begitu ada kesempatan untuk menanggapi, dengan tegas saya sarankan agar segera mengundurkan diri dari pekerjaannya. Semua pengalaman, pengetahuan, wawasan, dan ilmu yg dimiliki agar dijadikan modal untuk mandiri dan meraih hidup sukses.
“Kalau nanti mengundurkan diri dari perusahaan, saya mau kerja apa Pak Aqua? Keluarga saya mau diberi makan apa? Bgmn dgn biaya pendidikan anak2 saya?” Tanya mereka.
Saat mendengarkan semua pertanyaan itu, muncul kesedihan yg mendalam pada diri saya. Terkesan mereka tidak percaya diri. Tidak percaya dengan TUHAN yg selama ini memberikan rejeki yg berlimpah ruah ke umatnya. Padahal mereka manusia beragama.
Terpenting Dihargai TUHAN
Akhirnya saya cerita pengalaman sekitar 12 tahun lalu saat dengan mantap mundur dari Semen Cibinong (sekarang Holcim Indonesia-pen) tempat saya bekerja. Waktu itu banyak teman yg berempati ke saya.
Ada yg memberikan perhatian namun kalimat yg disampaikan terkesan menakut-nakuti. Kalau berhenti kerja dan tidak ada embel2 nama perusahaan yg melekat, tidak akan dihargai orang.
Dengan tegas saya katakan, bagi saya tidak dihargai orang sedunia tidak ada masalah. Terpenting mendapat penghargaan dari TUHAN. Untuk apa semua orang memberi penghargaan tapi TUHAN sama sekali tidak menghargai.
Menurut saya seseorang dihargai atau tidak oleh orang lain disebabkan dua hal, bukan karena yg lain. Pertama, bagaimana dirinya menghargai diri sendiri. Kedua, selalu memberi penghargaan ke semua orang tanpa melihat latar belakangnya.
Sedangkan untuk mendapat ijin dari keluarganya yakni istri atau suami dan anak2nya harus dengan serius membuktikan kesungguhannya untuk mandiri. Dengan begitu mereka insya ALLAH mendukung penuh.
Saya sendiri setelah berhenti dari Semen Cibinong pada 30 September 2005, kehidupan saya – dalam semua aspek – jauh lebih baik. Saya makin sejahtera lahir batin. Paling utama atasan saya satu2nya hanya TUHAN. Selain itu saya merasakan kebebasan yg hakikih dan menjadi diri sendiri.
Bagaimana dengan rejeki dalam bentuk materi? Alhamdulillah jauh lebih baik. Bahkan bisa berbagi pada banyak orang yg membutuhkannya.
Selalu Bersyukur dengan Banyak Berbagi pada Sesama
Di sisi lain sebagai motivator atau pembicara profesional saya mendapatkan penghargaan yg luar biasa dari pihak2 yg mengundang saya. Mereka sangat menghargai profesionalisme saya.
Di luar TNI-Polri, honor saya adalah Rp 30 juta nett/jam. Minimal 2 jam atau Rp 60 juta nett. Pembayarannya selambat2nya H-2 dan pesawatnya Pp Garuda Indonesia kelas bisnis. Sedangkan hotelnya minimal bintang 4. Alhamdulillah.
Selama ini alhamdulillah saya tidak pernah kekurangan undangan atau pekerjaan. Sebaliknya saya terkadang menolak dgn tegas undangan yg diterima jika waktunya tidak pas – bersamaan dengan acara yg lain – dan honor yg ditawarkan tidak sesuai dengan standar saya. Kecuali jika ada pertimbangan2 tertentu.
Saya bisa mendapatkan semua rejeki itu sepenuhnya karena TUHAN. Hal itu membuat saya selalu bersyukur yg salah satu wujudnya banyak berbagi pada sesama.
Semoga semua penjelasan saya tsb membuat teman2 saya yg masih galau jadi mantap untuk berhenti jadi karyawan. Kemudian mengembangkan ‘raksasa yg sedang tidur nyenyak dalam dirinya’ yaitu potensi dirinya untuk meraih kesuksesan. Amin ya robbal aalamin.
>>>Saat menikmati liburan bersama keluarga di Yogyakarta saya ucapkan selamat mengoptimalkan potensi diri. Salam hormat buat keluarga ya. 13.00 11112017?<<<
Baca juga: Konsisten sangat Diperlukan Terutama Menyangkut Aqidah
Demikian Wejangan Dr. Aqua Dwipayana 11 November 2017, ” Tidak Percaya TUHAN, Ragu Berhenti Jadi Karyawan ” melalui WAG KOMPASS. Semoga bermanfaat.
The Power of SILATURAHIM!
by KOMPASS