Salut buat Kakek Harun

Wejangan Dr. Aqua Dwipayana
Berikut Wejangan Dr. Aqua Dwipayana 29 April 2018, ” Salut buat Kakek Harun ” melalui WAG KOMPASS – Nusantara (WhatsApp Group Komunitas Para Sales Super – Nusantara).
Dr. Aqua Dwipayana, Kompasser Yogyakarta, Motivator Nasional, Konsultan Komunikasi, Pengamat Militer dan Kepolisian RI, dan Penulis buku Best Seller “The Power of Silaturahim: Rahasia Sukses Menjalin Komunikasi”.
Salut buat Kakek Harun

Serial (20) Umroh The Power of Silaturahim II
Salut buat Kakek Harun
Oleh: Slamet Oerip Prihadi
Tuntas sudah program umroh 39 anggota jamaah The Power of Silaturahim (POS) II, Minggu 22 April 2018 dinihari pukul 00.30 waktu Makkah (04.30 WIB). Memang masih tersisa 3 hari – sampai 25 April malam – berada di Makkah, namun proses Thawaf dan Sa’i sudah selesai dilaksanakan oleh seluruh anggota POS II.
Para anggota jamaah POS II dapat melaksanakan Thawaf dan Sa’i (umroh) kedua kali atau ketiga kali, bagi yang belum pernah umroh atau naik haji. Yang pasti proses Thawaf dan Sa’i kali pertama sudah mereka laksanakan dengan baik.
Salut buat Pak Harun, anggota POS II tertua, 78 tahun yang kuat melaksanakan Thawaf dan Sa’i. Beliau menolak ketika ditawari untuk naik kursi roda saat Sa’i. Dan, Alhamdulillah Pak Harun memang kuat, bahkan membuat para peserta yang jauh lebih muda malu jika kalah dengan Kakek yang biasa disapa Abah Harun itu.
Bukan masalah mahalnya biaya jasa pendorong kursi roda yang 100 riyal (sekira Rp370 ribu) untuk Sa’i. Tapi lebih pada rasa malu jika yang lebih muda tidak kuat. Termasuk pemrakarsa dan penyandang dana POS II, Mas Aqua Dwipayana sendiri. “Semangat saya terlecut oleh kekuatan Pak Harun. Sebenarnya saat Sa’i rasanya badan sangat lelah, tapi saya tak mau menyerah dan tak mau kalah dengan Pak Harun,” tutur Mas Aqua Dwipayana seraya senyum, usai proses Thawaf dan Sa’i.
Hanya seorang anggota POS II yang menggunakan jasa kursi roda saat Sa’i. Yaitu Pak Rodin Wiramiharja Adjit, yang panggilan akrabnya Pak Ayi. Ini karena kakinya tiba-tiba terasa sakit karena asam uratnya kambuh dan kepalanya pusing.
Minggu pagi sekitar jam 08.00 dokter dari biro umroh NRA (Nur Rima Al-Waali) memeriksa kesehatan Pak Ayi di Kamar 527 Hotel Swissotel Al Maqam (bintang 5). “Pak Ayi harus banyak minum air putih,” kata dokter Helmi yang masih muda itu.
Tekanan darahnya 200/120. Tergolong tinggi dan harus diturunkan sampai di bawah 140. Sampai Minggu jam 22.00 waktu Makkah, tekanan darah Pak Ayi belum turun.
Sejumlah pil diberikan kepadanya. Penulis juga diberi pil penyembuh influenza. Ini karena sejak sehari sebelumnya kami terserang pilek dan badan menggigil kala terkena AC kamar yang sangat dingin itu. Kami juga diminta banyak minum. Upayakan sampai kencing berwarna jernih. Kalau masih kuning berarti masih kurang minum (dehidrasi), kata dr Helmi.
Mas Aqua, Ketua Rombongan Pak Nurcholis MA Basyari, dan Wakil Ketua Rombongan Kapten Inf. Tatang Taryono berada di kamar Pak Ayi ketika dokter NRA memeriksa. Mereka perlu mengetahui perkembangan kondisi kesehatan Pak Rodin.
Kondisi Pak Rodin mulai membaik. Sudah mau makan, tapi pusingnya belum hilang karena tekanan darahnya masih cukup tinggi.
Mengapa Abah Harun Tetap Prima?
Ternyata, sampai usia 78 tahun pun Pak Harun masih giat menggali dan membuat selokan.
“Ini selokan baru yang bisa mengairi 70 hektar sawah baru. Tahap pertama selokan 1 dan 2 bisa mengairi 250 hektar sawah,” kata Pak Harun.
Desa Sukaharja, Kecamatan Sariwangi, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, kini punya sawah sendiri. Di lereng Gunung Galunggung ada mata air yang besar. Tapi sebelumnya tidak ada sungai yang mengarah ke Kecamatan Sariwangi.
Jarak mata air ke Desa Sukaharja sekitar 6 kilometer. Inilah yang menyebabkan penggalian terowongan saluran air memerlukan waktu 20 tahun lebih.
“Dibutuhkan kegigihan dan kesabaran. Saya tidak sendirian. Ada juga warga lain yang membantu. Tapi saya memang yang paling tua,” kisah ayah enam anak dan kakek 16 cucu tersebut.
Pak Harun sama sekali tak menduga bahwa dirinya terpilih mendapatkan hadiah Umroh dari Dr Aqua Dwipayana. “Semula saya enggak percaya. Tapi diyakinkan oleh Pak Nurcholis bahwa saya benar-benar akan umrah. Semuanya karena ALLAH SWT. Terima kasih Pak Aqua,” katanya.
Pengalaman umroh bersama rombongan The Power of Silaturahim II adalah pengalaman luar biasa. “Mungkin sulit terulang kembali,” kata Abah Harun.
Apa yang akan lakukannya sepulang dari umrah? “Saya akan melanjutkan pembuatan selokan untuk sawah. Selama saya masih kuat, akan saya lakukan hal yang bermanfaat untuk warga Sukaharja,” tekad Pak Harun.
Apa yang dilakukan Pak Harun mendapat respons positif dari Sekjen Dewan Ketahanan Nasional (Wantannas) Mayjen TNI Doni Monardo. Pujian itu diungkapkan saat menerima rombongan The Power of Silaturahim II di kantornya di Jakarta, Selasa 17 April 2017. Sehari menjelang keberangkatan ke Tanah Suci.
Apa yang dilakukan Pak Harun masuk dalam dimensi ketahanan nasional. “Coba kita hitung. Dengan sawah baru seluas 320 hektar di Desa Sukaharja, dan per hektar katakan menghasilkan 4 ton beras, total produksi 1.280 ton. Jika harga per kg beras tersebut Rp10.000, maka akan terkumpullah Rp12,8 miliar. Uang yang besar untuk sebuah desa,” kata Mayjen Doni Monardo. Kalau setahun bisa panen dua kali, maka hasilnya penjualannya mencapai Rp25,6 miliar!
Karena itu, Sekjen Wantannas menilai sangat tepat bila Pak Aqua Dwipayana memberikan hadiah umroh kepada Abah Harun.
Sangat Lugu
Ada sisi yang boleh dibilang lucu pada diri Pak Harun. Beliau benar-benar orang desa. Tidak pernah menginap di hotel berbintang. Hal ini diungkapkan sama sekali tidak dimaksudkan untuk melecehkan beliau, tapi semata-mata sebagai masukan penting bagi biro perjalanan umroh.
Pak Harun tidak tahu cara buang air besar (BAB) di hotel berbintang. Karena itu, Pak Yayat Ruhiyat dan Ahmad Sukmana Ajit yang sekamar dengan beliau sering menyiram kotoran Pak Harun di WC. Bahkan Pak Harun tidak tahu bagaimana cara – mohon maaf – cebok.
Hal ini diketahui Pak Yayat yang juga Ketua Kelompok C, saat menggandeng Pak Harun ke Masjid Nabawi. “Koq ada bau tak sedap nih dari Pak Harun. Lantas saya tanya, apakah beliau waktu BAB sudah cebok?”
Dengan lugunya Pak Harun menjawab, “Belum. Saya tidak tahu caranya (dalam bahasa Sunda).”
Karena itu Pak Yayat pun mengajarkan kepada Kakek Harun bagaimana cara membersihkan diri usai BAB. Bagaimana memencet airnya pada selang. Cara duduk di WC? Bagaimana cara menyiram kotoran di WC.
Peristiwa ini merupakan informasi penting bagi biro perjalanan umroh untuk memberikan panduan kepada jamaah umroh yang sudah manula dan berasal dari desa. Caranya dengan pendekatan pribadi.
Petugas biro perjalanan umroh mengajak bicara empat mata dengan calon jamaah umroh yang sudah tua dan dari desa serta terlihat masih sangat lugu. Kemudian ditanyakan apakah calon jamaah tersebut sudah tahu cara BAB di hotel berbintang. Mereka yang selama ini biasa hidup di alam desa, mungkin pula biasa BAB di sungai, tidak tahu cara BAB di WC yang serba main pencet.
Sayang kalau sholatnya di Masjid Nabawi atau Masjidil Haram tidak sah karena tubuhnya belum bersih gara-gara ketidaktahuan mereka bagaimana thoharoh atau bebersih diri dari hadas setelah buang air. Tidak tahu bagaimana menyiram kotoran di WC dan membersihkan hadas dari tubuh.
Penulis adalah wartawan senior anggota Jamaah Umroh POS II, dan salah satu angkatan perintis Jawa Pos, tinggal di Surabaya.
Baca juga: Hikmah Umroh Gratis, Warga Perumahan Elit Kumpulkan Dana Berangkatkan Pengurus Masjid ke Tanah Suci
Demikian Wejangan Dr. Aqua Dwipayana 29 April 2018, ” Salut buat Kakek Harun ” melalui WAG KOMPASS. Semoga bermanfaat.
The Power of SILATURAHIM ..
SILATURAHIM Marketing ..
SILATURAHIMER Marketing ..