Merasakan Keramahan Indonesia di Garuda Indonesia Menuju Melbourne

Wejangan Dr. Aqua Dwipayana
Berikut Wejangan Dr. Aqua Dwipayana 30 Januari 2018, ” Merasakan Keramahan Indonesia di Garuda Indonesia Menuju Melbourne ” melalui WAG KOMPASS – Nusantara (WhatsApp Group Komunitas Para Sales Super – Nusantara).
Dr. Aqua Dwipayana, Kompasser Yogyakarta, Motivator Nasional, Konsultan Komunikasi, Pengamat Militer dan Kepolisian RI, dan Penulis buku Best Seller “The Power of Silaturahim: Rahasia Sukses Menjalin Komunikasi”.
Merasakan Keramahan Indonesia di Garuda Indonesia Menuju Melbourne

“Pak Aqua terima kasih karena bersama putranya sudah naik Garuda Indonesia. Semoga Bpk berkenan dengan semua pelayanan kami selama terbang dari Bali ke Melbourne, Australia,” ujar Kepala Awak Kabin pesawat Garuda Indonesia GA-0718 Olivia Lolot Aryatara dengan ramah ke saya pada Minggu pagi, 21 Januari 2018 lalu.
Saat pilot pesawat Garuda Indonesia A330-300 PK-GIX Hwason Fahman yg didampingi Kopilot Bagus Putranto sedangmenurunkan pesawatnya dari ketinggian 38 ribu kaki di atas permukaan laut menuju Bandara Tullamarine Melbourne, Olivia sengaja mendatangi saya dan Ero, panggilan akrab putra bungsu saya Savero Karamiveta Dwipayana yg duduk di kursi kelas Bisnis no 8DG.
Dengan senyum yg khas awak kabin senior tersebut – sudah puluhan tahun bekerja sebagai pramugari di Garuda Indonesia – menyapa kami berdua. Terasa sekali ketulusannya saat berkomunikasi dengan kami.
Sebelumnya sejak terbang dari Bali hingga menjelang mendarat di Melbourne, pramugari lainnya Lentera – panggilan akrab Lentera Pradista Sarkoro – intens melayani kami. Menawarkan aneka makanan dan minuman serta mengantarkannya ke kami.
Perempuan berwajah hitam manis tersebut tidak pernah lepas dari senyumnya. Juga sangat sopan saat melayani kami, termasuk jongkok ketika menanyakan ke saya dan Ero makanan dan minuman yg dipilih untuk disajikan sebagai sarapan pagi sekitar sejam sebelum pesawat mendarat di Melbourne.
Dunia Terasa Kecil, Silaturahimnya Terbuka Kembali
Dunia yg sangat luas terasa kecil ketika saya ‘mewawancarai’ Lentera. Ternyata Bapaknya yg bernama Wahyu Sarkoro pernah satu tempat kerja dengan saya di Semen Cibinong yg sekarang ganti nama jadi Holcim Indonesia.
Begitu tahu bahwa beliau adalah anak Wahyu ngobrolnya jadi akrab. “Saya jadi pramugari sudah sekitar 4 tahun Pak Aqua. Saya memilih profesi ini selain karena menyukainya juga untuk meringankan beban orangtua,” ungkap Lentera.
Pertemuan dengan Lentera banyak hikmahnya. Di antaranya komunikasi saya dengan Wahyu yg sudah terputus selama belasan tahun kembali tersambung. Silaturahimnya terbuka kembali.
Selama penerbangan tersebut Olivia dan semua awak kabin lumayan sibuk sebab penumpangnya hampir penuh. Di kelas Bisnis dari 36 tempat duduk, yg kosong hanya 6 kursi. Sedangkan di kelas Ekonomi hanya 3 kursi yg tidak terisi dari 215 tempat duduk. Jadi total penumpang pesawatnya adalah 242 dari 251 kursi yg tersedia. Hanya 9 tempat duduk yg kosong.
Saya membayangkan seandainya di semua rute Garuda Indonesia termasuk ke berbagai negara pelanggannya selalu hampir penuh seperti ke Melbourne tersebut betapa sehatnya Badan Usaha Milik Negara (BUMN) itu. Apalagi memiliki beberapa keunggulan yg dapat memenangkan persaingan yg sangat ketat baik di rute domestik maupun internasional.
Pilotnya Spiritualnya Tinggi
Selain awak kabinnya yg ramah khas Indonesia – seperti Olivia dan Lentera – juga pilotnya menunjukkan seseorang yg spiritualnya tinggi. Sebelum memberi pengumuman lewat pengeras suara ke pelanggan selalu diawali dengan ucapan bismillahirrohmannirrohim… Suaranya serak2 agak berat.
Sedangkan aneka makanan dan minumannya beragam. Para pelanggan di kelas Bisnis sangat dimanjakan dengan makanan2 khas Indonesia yg sangat familiar dengan lidah orang Indonesia. Begitu banyaknya pilihan makanan termasuk makanan ringan sehingga terkadang membuat bingung pelanggan yg disodorkan makanan2 itu untuk memilihnya.
Total seluruh awak kabin yg melayani penumpang dalam penerbangan tersebut ada 10 orang. Masing2 5 orang di tiap kelas. Di kelas Bisnis selain Olivia dan Lentera, ada Cyndhi Melani Camelia, Dea Ayunda P., dan Devit Budi Kurniawan. Sedangkan di kelas Ekonomi adalah Rissa Ratih Wardani, Anastasia, Elsa Kusuma, Eva Aulia, dan Bhekti Primasari.
Saya mengamati – setelah tidur sekitar 2 jam dalam penerbangan sekira 5,5 jam itu – seluruh penumpang kelas Bisnis termasuk saya dan Ero merasa puas. Itu terlihat dari wajah2 mereka yg selalu tersenyum saat komunikasi dengan para awak kabin.
Beberapa Layanan Perlu Diperbaiki
Selama terbang dengan maskapai kebangaan bangsa Indonesia ini secara keseluruhan pelayanannya sangat ok. Cuma ada beberapa hal yg perlu segera diperbaiki agar layanannya lebih optimal sehingga memberi kesan positif yg makin mendalam pada seluruh pelanggannya. Selain itu menambah kecintaan pada maskapai milik negara sendiri.
Pertama, saat terbang dari Jakarta naik
GA-420 yg berangkatnya sekitar pukul 17.45 – agak terlambat sedikit dari jadwalnya – seluruh pelanggannya yg sudah siap naik pesawat dari pintu 24 harus pindah ke pintu 16 karena pesawatnya parkir di sana. Padahal menuju pintu 24 yg lumayan jauh dari pintu masuk ruang tunggu butuh ekstra waktu dan tenaga.
Kedua, ketika transit di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai Badung, Bali, petugas yg melayani hanya 1 orang. Pelanggan kelas Bisnis dan Ekonomi disatukan, sehingga antriannya cukup panjang. Padahal di bagian depan meja petugasnya ada tulisan Sky Priority. Jadi pengumuman itu seperti tidak ada artinya dan tidak bermakna.
Ketiga, wifi di pesawat tidak berfungsi dengan baik. Sesuai petunjuk, saya mencoba pemakaian 30 menit dengan biaya US$ 5. Belum 2 menit tersambung, internetnya sudah tidak bisa dipakai.
“Seperti ini sudah biasa di Garuda Indonesia Pak. Ero beberapa kali mengalaminya,” ungkap Ero memberi pengertian ke saya.
Semoga manajemen Garuda Indonesia yg sedang giat2nya menekan kerugian – di antara semua BUMN, Garuda Indonesia dan Krakatau Steel termasuk yg meruginya paling besar – dapat segera memperbaiki layanan tersebut. Sehingga semakin banyak WNI dan masyarakat internasional yg naik Garuda Indonesia. Amin ya robbal aalamin.
Sebagai apresiasi ke Olivia dan Lentera, menjelang meninggalkan pesawat saya memberikan ke mereka masing2 buku super best seller The Power of Silaturahim : Rahasia Sukses Menjalin Komunikasi dan buku Produktif Sampai Mati.
“Terima kasih banyak Pak Aqua dan Mas Ero. Sampai ketemu lagi ya,” ujar keduanya tersenyum ramah saat kami mau turun dari pesawat Garuda Indonesia di Bandara Tullamarine Melbourne. Waktu itu jam menunjukkan pukul 06.15 pagi waktu setempat atau pukul 02.15 waktu Jakarta.
Kamis pagi lusa, 1 Februari 2018 kami kembali naik Garuda Indonesia GA 0717 yg berangkat pukul 07.30 dari Melbourne. Estimasi mendarat di Bandara Soetta Jakarta di Tangerang, Banten, pukul 10.25 atau penerbangannya sekitar 7 jam.
Semoga ke depan Garuda Indonesia lebih maju lagi dengan meningkatkan pelayanan ke seluruh pelanggan, namun tetap mengedepankan efisiensi dan soliditas di internal. Amin ya robbal aalamin.
>>>Saat bersama Ero jalan2 di Kota Wellington, Selandia Baru, sebelum sharing Komunikasi dan Motivasi di KBRI Wellington yg dipimpin Duta Besar Tantowi Yahya, saya ucapkan selamat mendukung penuh Garuda Indonesia agar jadi maskapai yg terbaik. Salam hormat buat keluarga ya. 09.30 30012018?<<<
Baca juga: Perhatian Pimpinan TNI AL sangat Besar pada Kemajuan Perwira Muda
Demikian Wejangan Dr. Aqua Dwipayana 30 Januari 2018, ” Merasakan Keramahan Indonesia di Garuda Indonesia Menuju Melbourne ” melalui WAG KOMPASS – Nusantara (WhatsApp Group Komunitas Para Sales Super – Nusantara). Semoga bermanfaat.
The Power of SILATURAHIM!