Menjaring Biro Travel, Menyaring yang Terbaik
Wejangan Dr. Aqua Dwipayana
Berikut Wejangan Dr. Aqua Dwipayana 6 April 2018, ” Menjaring Biro Travel, Menyaring yang Terbaik ” melalui WAG KOMPASS – Nusantara (WhatsApp Group Komunitas Para Sales Super – Nusantara).
Dr. Aqua Dwipayana, Kompasser Yogyakarta, Motivator Nasional, Konsultan Komunikasi, Pengamat Militer dan Kepolisian RI, dan Penulis buku Best Seller “The Power of Silaturahim: Rahasia Sukses Menjalin Komunikasi”.
Menjaring Biro Travel, Menyaring yang Terbaik
SERIAL (1) UMROH SILATURAHIM II
Oleh Nurcholis MA Basyari
Beberapa bulan lalu, Mas Aqua Dwipayana selaku penggagas dan penyandang dana umroh Jamaah The Power of Silaturhim I pada 8-16 Januari 2017 menyampaikan kepada saya rencana serupa pada 2018. Bapak satu putri dan satu putra ini mengatakan akan mengikutsertakan saya kembali. Beberapa kali Doktor Ilmu Komunikasi lulusan Universitas Padjadjaran Bandung, Jawa Barat, itu menyampaikan perihal tersebut kepada saya dalam berbagai kesempatan berbeda.
Saya yang pada 8-16 Januari 2017 dipercaya memimpin rombongan beranggotakan 35 orang itu manggut-manggut saja seraya berucap, “Insyaa ALLAH”.
Sekira tiga bulan lalu, pakar komunikasi dan motivator yang sudah tampil di hadapan ratusan ribu orang di seluruh Indonesia dan puluhan negara itu lebih tegas lagi mengatakan kepada saya. “Mas Nurcholis, Insyaa ALLAH kita jadi memberangkatkan umroh lagi ya. Saya minta Mas Nurcholis kembali memimpin rombongan. Kali ini, ada wakilnya untuk membantu dan mendukung Mas Nurcholis. Saya sudah meminta Kang Tatang untuk menjadi wakil ketua rombongan,” kata Mas Aqua.
Kang Tatang yang dimaksud ialah Kapten Inf Tatang Taryono, sahabat yang sudah seperti saudara sendiri. Beliau kini menjabat sebagai Komandan Komando Rayon Militer (Danramil) 2101 Sukaraja, Bogor, Jawa Barat. Bapak satu putra yang sangat rendah hati dan ringan tangan itu punya pengalaman tempur di Timor Timur (kini Timor Leste) dan tugas pengamanan perbatasan di Kalimantan Barat. mantan Komandan Kompi di Batalyon Infanteri 315/Garuda Bogor itu juga dikenal sebagai perwira yang sering menjadi imam sholat di tengah tugas-tugas pembinaan teritorial di berbagai tempat penugasan.
“Siap, Mas Aqua. Insyaa ALLAH,” jawab saya seraya mengucap syukur sekaligus menabalkan tekad untuk meluruskan niat ikhlas lillahi ta’ala mengemban amanah sosial yang semata-mata ngalap (mengharapkan) berkah dan ridho ALLAH.
Memilah-Memilih BPIU
Memilah dan memilih merupakan pekerjaan yang gampang-gampang susah. Tidak terkecuali dalam menyeleksi dan menentukan pilihan biro penyelenggara ibadah umroh (BPIU) untuk menangani jamaah yang akan bertamu ke Baitullah di Mekkah Al Mukarromah dan berziarah ke Masjid Nabawi di Madinah Al-Munawwaroh. Penanganan jamaah bukan hanya di Tanah Suci itu melainkan juga ketika persiapan di Tanah Air hingga keberangkatan dan kepulangannya.
Ini pekerjaan yang gampang dilakukan karena ada parameter atau kriteria rujukan untuk mengambil keputusan siapa-siapa atau pihak mana yang masuk daftar penjaringan. Selanjutnya, yang masuk daftar itu diseleksi atau disaring hingga mendapatkan pilihan terbaik.
Kriteria terbaik seperti apa? Tolok ukurnya ialah aspek efektivitas dan efisiensi –yang tentu saja bersifat subjektif menurut pihak yang mengambil keputusan. Kajiannya didasarkan pada pisau analisis sederhana yang dalam manajemen disebut sebagai SWOT analysis. Yakni, analisis terhadap aspek kelebihan atau kekuatan (strenght), kekurangan/kelemahan (weakness), peluang (opportunity), dan ancaman (threat)
Lalu apa susahnya? Tahap penjaringan dan pemilahan relatif mudah dilakukan karena tinggal memasukkan BPIU yang masuk dalam “radar” untuk selanjutnya dikaji dan didiskusikan plus-minusnya menggunakan pisau bedah SWOT analysis tersebut. Ada belasan BPIU yang masuk daftar kajian. Pengalaman tahun lalu ketika memberangkatkan jamaah The Power of Silaturahim I menjadi referensi pembanding. Demikian pula pengalaman pihak-pihak lain. Informasi-informasi dari jejaring di lapangan, khususnya rekan-rekan wartawan, dan banyak teman pun dijadikan sebagai masukan berharga.
Dari belasan BPIU itu, akhirnya mengerucut menjadi beberapa saja. Di sinilah “susahnya” mulai cukup terasa. Maklum, ada korelasi atau keterkaitan yang mulai rumit dan kompleks. Mereka masing-masing punya keunggulan kompetitif dalam hal fasilitas dan pelayanan. Ada yang menawarkan penerbangan langsung Jakarta-Jeddah-Jakarta sehingga jamaah tidak perlu transit dan tidak memerlukan waktu perjalanan lebih panjang. Ada pula yang menawarkan penerbangan transit via suatu negara dan saat transit itu jamaah bisa city tour di kota itu. Mereka juga menawarkan keunggulan perlengkapan, seperti tas/koper berikut isinya dan hotel berbintang terdekat dari Masjidil Haram di Mekkah dan Masjid Nabawi di Madinah. Harga paketnya pun sangat bersaing antara BPIU yang menawarkan fasilitas hotel bintang 3, 4, dan 5.
Saya bersyukur karena Mas Aqua Dwipayana, sang penggagas dan penyandang dana Umroh The Power of Silaturahim II memberikan otoritas penuh dalam memilah dan memilih BPIU yang akan menjadi mitra kami. Tentu ini kepercayaan sekaligus amanah yang tanggung jawabnya cukup berat. Saya harus profesional, melepaskan diri dari kepentingan personal. Saya tidak boleh menyelewengkan atau menyimpang dari kepercayaan dan amanah itu. Lebih tegasnya lagi, saya tekadkan untuk menempatkan diri sebagai pengemban amanah yang tidak boleh disetir para calon mitra.
Di sinilah independensi dan integritas sangat diperlukan. Untuk itu, saya tidak boleh berperilaku layaknya calo atau perantara yang mengharapkan margin atau selisih harga sebagai fee. Cukuplah balasan pahala dan berkah kebaikan dari ALLAH bagi saya dan keluarga.
Segeralah disusun jadwal audiensi dengan pemilik atau manajemen beberapa BPIU, termasuk yang sebelumnya kami jadikan sebagai mitra pada 2017. Karena kesibukannya, Mas Aqua hanya sekali hadir dalam pertemuan dengan pemimpin sekaligus pemilik BPIU. Selebihnya, saya sendirian bertemu dengan jajaran pemilik atau pemimpin BPIU.
Kami memilih pertemuan-pertemuan tidak di kantor BPIU bersangkutan tetapi di tempat lain. Ada BPIU yang semula menghendaki pertemuan dilaksanakan di kantor mereka. Namun, saya tegaskan tidak bisa dan mengusulkan di daerah tengah-tengah. Atau jika mereka tidak bisa atau tidak mau, ya mending batal saja, tidak usah bertemu. Cukup saya pelajari lewat dokumen penawarannya. Akhirnya, pertemuan dilaksanakan di daerah yang kami kehendaki itu.
“Bagus Mas Nurcholis. Saya dukung sepenuhnya, jangan mau diatur-atur sama mereka, termasuk soal tempat pertemuan. Kita yang punya uang sehingga memiliki kebebasan untuk memilih yang terbaik,” tegas Mas Aqua via pesan WhatsApp (WA) maupun komunikasi telefon langsung.
The Power of Silaturahim
Proses pemilahan dan pemilihan secara intensif yang terjadi pada Januari-Februari 2018 itu akhirnya mengerucut pada tiga kandidat. Pemilik sekaligus pemimpin BPIU yang tahun lalu menjadi mitra kami menjanjikan pelayanan yang makin baik, termasuk fasilitas yang eksklusif, seperti tas koper yang katanya jauh lebih bagus dan lebih elegan dibandingkan sebelumya. Dijanjikan pula foto-fotonya akan dikirimkan via WA.
Dua BPIU lain seolah tidak mau kalah. Mereka menawarkan fasilitas yang kurang lebih sama dan sejatinya sudah standar dengan plus-minusnya. Plus di satu pihak, menjadi minus di pihak lain atau sebaliknya. Minus di satu pihak, ditambal plus di aspek lainnya. Itulah yang dalam ilmu eksak disebut sebagai hukum keseimbangan. Dalam ilmu akuntansi dikenal balance sheet neraca rugi/laba, yang harus seimbang, tidak boleh njomplang. Dalam kajian strategis dan hubungan internasional ada istilah balance of power. Bahasa kerennya, ada zero sum game. Itulah sunnatullah.
Saya laporkan semua hasil seleksi berdasarkan SWOT analysis itu kepada Mas Aqua. Kami kemudian mendiskusikannya secara intensif dan serius. Rupaya kami punya kesamaan pandangan dan sikap. Komunikasi kami kemudian lebih intensif dan fokus dengan dua BPIU. Alur komunikasi kami dengan mereka berjalan equal (seimbang) dan mengalir lancar dua arah. Dua BPIU inilah yang bersaing ketat “merebut” minat kami. Kedua-duanya menawarkan harga yang kompetitif dan menarik bagi kami. Yang satu menawarkan penerbangan langsung menggunakan pesawat Maskapai Penerbangan Nasional Garuda Jakarta-Jeddah-Jakarta. Hotelnya pun tinggal pilih: bintang 3, 4 atau 5 dengan harga paket yang sama. Yang satu lainnya menawarkan penerbangan transit menggunakan maskapai asing yang cukup ternama. Dengan harga paket yang sama pula, BPIU ini menawarkan gratis city tour mengunjungi beberapa tempat bersejarah dalam penyebaran dan perkembangan Islam di negara tempat transit itu.
Akhirnya, saya merekomendasi NRA Tour & Travel untuk menjadi mitra kami dalam menangani jamaah Umroh The Power of Silaturahim yang beranggotakan 39 orang. Rekomendasi ini murni keluar dari dorongan hati berdasarkan petimbangan-pertimbangan profesional, yakni efektivitas dan efisiensi dalam memberikan layanan terbaik bagi para jamaah. Dan pada akhirnya, rekomendasi tersebut akuntabel, dapat dipertanggungjawabkan, terutama kepada pemberi amanah, yakni Mas Aqua. Tidak ada kepentingan personal saya untuk mengambil keuntungan pribadi dari transaksi bisnis sosial-religius ini. Limpahan berkah dan ridho ALLAH sajalah harapan dan kepentingan saya pasrahkan.
Alhamdulillah… Mas Aqua sangat setuju. Keputusan pun akhirnya diambil. Alhamdulillah. Insyaa rombongan akan melaksanakan serangkaian ibadah umroh pada 18-26 April 2018. Putusan ini bukan berarti kami menilai satu BPIU lain pesaing ketat NRA itu lebih jelek atau kurang bagus. Sama sekali tidak. Kalau boleh jujur, kedua-duanya sesungguhnya sebelas-dua belas, sama-sama bagusnya. Kalau dalam bahasa gaul dikatakan “beti” alias beda-beda tipislah.
Namun, satu hal yang saya rasakan, satu pihak lebih intensif berkomunikasi. Dan komunikasi itu dilakukan bukan hanya oleh satu orang melainkan beberapa orang di level berbeda di BPIU terpilih. Para mitra BPIU terpilih juga proaktif menjalin komunikasi dengan kami. Belakangan, setelah palu vonis diketuk kencang, saya tertegun dan menyadari: inilah the power of silaturahim.
Penulis adalah Ketua rombongan umroh The Power of Silaturahim II.
Baca juga: Dahsyatnya Silaturahim, Duduk di Bisnis Garuda Indonesia Penerbangan Jakarta – Jayapura
The Power of SILATURAHIM!
Pingback: Dahsyatnya Silaturahim, Kembali Duduk di Bisnis Garuda Indonesia Penerbangan Jayapura - Makassar - KOMPASS.ID