Kesantunan Berkomunikasi Harus Ditularkan ke Semua Generasi

Kesantunan Berkomunikasi Harus Ditularkan ke Semua Generasi
Kesantunan Berkomunikasi Harus Ditularkan ke Semua Generasi

Wejangan Dr. Aqua Dwipayana

Berikut Wejangan Dr. Aqua Dwipayana 14 Desember 2017, ” Kesantunan Berkomunikasi Harus Ditularkan ke Semua Generasi ” melalui WAG KOMPASS (WhatsApp Group Komunitas Para Sales Sumenep).

Dr. Aqua Dwipayana, menetap di Yogyakarta (Kompasser Yogyakarta), Motivator Nasional, Konsultan Komunikasi, Pengamat Militer dan Kepolisian RI, dan Penulis buku Best Seller “The Power of Silaturahim: Rahasia Sukses Menjalin Komunikasi”.

Kesantunan Berkomunikasi Harus Ditularkan ke Semua Generasi

Penyampaian AQUA DWIPAYANA Pakar SILATURAHIM Indonesia
Penyampaian AQUA DWIPAYANA Pakar SILATURAHIM Indonesia

Pengantar : salah seorang wartawan senior di Bandung Widodo Asmowiyoto tergelitik mengomentari berita berjudul Kesantunan Komunikasi Harus Ditularkan Sejak Dini yg dimuat di harian Pikiran Rakyat edisi Rabu, 13 Desember 2017 kemarin. Berikut komentarnya yg disampaikan dengan gaya bertutur.

Dr Aqua Dwipayana, saya menilai merupakan momentum yg tepat dan sangat relevan atas pelaksanaan Kongres I Ikatan Doktor Fikom Unpad, Rabu (13/12/2017). Kemudian saya juga menilai tepat dan bagus atas pernyataan Bpk –meminjam judul berita Pikiran Rakyat, Rabu (13/12/2017)– bhw “Kesantunan Berkomunikasi Harus Ditularkan Sejak Dini”.

Mengapa Kongres tsb saya anggap momentumnya tepat dan sangat relevan, krn para doktor yang terhimpun dalam Ikatan Doktor Fikom Unpad sdh saatnya dan selayaknya merumuskan cara2 berkomunikasi yg santun seperti yg Pak Aqua kemukakan. Kesantuan berkomunikasi itu terutama harus ditularkan kpd generasi muda sejak dini. Tetapi juga tdk kalah pentingnya para doktor ilmu komunikasi di Indonesia khususnya alumni Fikom Unpad mensosialisasikan kesantunan berkomunikasi itu kpd generasi tua terutama yang sedang berada di tampuk kekuasaan. Krn para elite –apa pun bidangnya yang sedang berada di panggung kekuasaan– sudah seharusnya memberi contoh kpd rakyat kebanyakan khususnya generasi muda.

Saya kira kita telah mengamati bersama bhw kemajuan teknologi telekomunikasi telah melahirkan media baru khususnya media sosial (medsos). Muncul dan maraknya medsos juga telah melahirkan genenerasi medsos.

Generasi medsos ini ada yang benar2 terdiri atas generasi anak2, remaja, dan muda. Mereka sejak lahir sdh berada dlm era medsos. Berbeda dgn generasi tua yg kini bermedsos tetapi juga telah lama akrab dng kesantuan komunikasi tradisional –dengan segala tata kramanya– dan juga akrab dengan kesantunan komunikasi (massa) dan media massa yang memiliki rambu kode etik.

Saya yg hampir 40 tahun menjadi wartawan media massa konvensional, tentu saja selama ini dlm bekerja harus menerapkan dan menaati Kode Etik Jurnalistik (KEJ). Itu pun dlm praktiknya kami (pengelola media massa) masih saja membuat kesalahan baik yang disengaja maupun tidak disengaja.

Buktinya, sebagai contoh, dlm periode 2010-2013 lalu Dewan Pers menerima sekitar 500 pengaduan per tahun dan sebagian besar di antaranya berupa pengaduan terkait KEJ. Dlm tahun2 terakhir ini angka pengaduan tersebut cenderung meningkat menjadi sekitar 600 pengaduan per tahun.

Mengejar Kecepatan Mengabaikan Kecermatan

Besar kemungkinan banyaknya dan meningkatnya pengaduan itu disebabkan meningkat pesatnya pertumbuhan media online yang –maaf– banyak para wartawannya terdiri atas generasi muda. Mereka seringkali mengejar atau mendahulukan kecepatan dan (agak) mengabaikan kecermatan.

Pertanyaannya, maraknya media massa online yang sudah diberikan rambu2 KEJ dan Pedoman Pemberitaan Media Siber saja masih mendapatkan banyak komplain atau pengaduan dari masyarakat baik ke medianya langsung atau lewat Dewan Pers. Kemudian bagaimana dengan praktik bermedsos dlm kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia yang tidak dipandu atau diberi rambu kode etik?
Padahal data yg ada telah menunjukkan bhw hingga tahun ini terdapat lebih dari 130 juta warga negara kita yg sdh akrab dengan internet dan sebagian besar di antaranya menggunakan telpon pintar.

Dampak negatif dlm bermedsos juga menunjukkan bhw beberapa penggunanya telah melanggar UU ITE (Informasi dan Transaksi Elektronik) dan berujung di penjara. Namun dampak negatif di luar penjara yang justru merisaukan kehidupan bermasyarakat dan berbangsa adalah maraknya isu negatif, kabar bohong, dan saling menyesatkan.

Karena itu kini masyarakat layak menunggu tersiarnya secara luas hasil rumusan Kongres I Ikatan Doktor Fikom Unpad tsb. Apa saja saran dan solusi perbaikannya agar bangsa Indonesia tdk selalu diterpa kabar bohong yang tidak sedikit di antaranya mengadu domba sehingga tidak membuat tenteram kehidupan.

Khusus kpd Pak Aqua, tentu masyarakat berharap banyak agar Bpk meneruskan kiprah sharing Komunikasi dan Motivasi termasuk di dalamnya bagaimana caranya agar warga bangsa ini berkomunikasi dan bersilaturahim secara santun. Khususnya tentang silaturahim, memang sangat layak pengalaman Pak Aqua yg selama ini telah menggalakkannya, terus ditularkan dengan disertai upaya memadukannya dengan penerapan ilmu komunikasi.

Itu yang mungkin juga bisa dimasukkan dalam rumusan hasil Kongres I Ikatan Doktor Fikom Unpad tsb. Semoga pengalaman Pak Aqua itu tidak terlewatkan.

>>>Saat di kereta Senja Utama Solo dalam perjalanan dari Yogyakarta ke Purwokerto saya ucapkan selamat berupaya untuk selalu santun dalam berkomunikasi. Salam hormat buat keluarga ya. 21.15 14122017?<<<

Baca juga: Dihadiri lebih dari Seribu Orang, Mendapat Banyak Kejutan Menyenangkan dari Danrem Kupang Brigjen TNI Teguh Muji Angkasa

The Power of SILATURAHIM!

by KOMPASS

One thought on “Kesantunan Berkomunikasi Harus Ditularkan ke Semua Generasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

1000 Narasumber KONUS! CALL/WA 08557772226 (Idham Azhari, Co-founder KOMPASS Nusantara)

X
Call Now Button