Jangan Sering Tengok Kaca Spion

Wejangan Dr. Aqua Dwipayana
Berikut Wejangan Dr. Aqua Dwipayana 31 Desember 2017, ” Jangan Sering Tengok Kaca Spion ” melalui WAG KOMPASS (WhatsApp Group Komunitas Para Sales Sumenep).
Dr. Aqua Dwipayana, Kompasser Yogyakarta, Motivator Nasional, Konsultan Komunikasi, Pengamat Militer dan Kepolisian RI, dan Penulis buku Best Seller “The Power of Silaturahim: Rahasia Sukses Menjalin Komunikasi”.
Jangan Sering Tengok Kaca Spion

Refleksi Akhir Tahun
Jangan Sering Tengok Kaca Spion
Oleh Joko Lestari
Suatu hari, jelang akhir tahun saya berkesempatan tatap muka dengan Pak Aqua Dwipayana, seorang motivator kondang, handal, dan ‘termahal’ saat ini. Bukunya berjudul The Power of Silaturahim : Rahasia Sukses Menjalin Komunikasi yang menjadi super best seller makin menguatkan predikat sebagai praktisi komunikasi mumpuni. Apalagi royalti penjualan dari buku itu antara lain telah dipakai membiayai 35 orang umrah ke Tanah Suci.
Selama 2 jam lebih sharing komunikasi dan motivasi bersama Pak Aqua, banyak ilmu yang kudapat sebagai bekal meningkatjan kualitas diri. Satu di antaranya yang terkait dengan refleksi akhir tahun adalah kalimat berikut: Jangan sering2 melihat kaca spion jika ingin meraih kemajuan dan kejayaan.
Doktor Ilmu Komunikasi jebolan Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung ini pun bertanya mengapa kaca mobil depan dibuat lebih lebar dari kaca bagian belakang? Jawabnya adalah agar orang yang duduk di bangku pengemudi dapat lebih jauh melihat ke depan. Lebih leluasa mengamati dan mengantisipasi lebih cermat apa yang bakal terjadi di depan.
Ini simbol jika ingin selamat dan sukses menuju tempat tujuan lihatlah ke depan. Bukan melihat kaca belakang, bukan pula menatap kaca spion.
Masa Lalu Biarlah Berlalu
Saya pun kemudian merenung kepada sebuah fakta yang tidak bisa dipungkiri, “Kalau kita melihat kaca belakang adalah kondisi yang sudah kita lewati, sementara jika melihat kaca depan adalah situasi yang akan kita lalui.”
Kalau sudah demikian, apakah selamanya kita akan melihat kaca belakang, tentu saja tidak. Masa lalu biarlah berlalu. Apa pun yang pernah kita miliki: Kehebatan, kejayaan, jabatan, kekuatan, dan kebesaran nama.
Ini dikandung maksud agar kita senantiasa, setiap hari meningkatkan kualitas diri. Tidak terjebak kepada kehebatan, kejayaan, dan kesuksesan yang telah dimiliki karena dapat menjadikan lupa diri. Begitu juga tidak trauma atas kegagalan dan keterpurukan masa lalu.
Hari ini kita menata diri untuk masa depan yang lebih baik lagi. Ibarat pengemudi, begitu start, fokus pandangan diarahkan ke depan untuk mengatur laju kendaraan agar selamat sampai tujuan. Sulit dibayangkan, apa yang bakal terjadi jika selama mengemudi pandangan dipalingkan ke belakang…
Penulis adalah Wakil Pemimpin Umum Harian Pos Kota.
Baca juga: Sambutan Luar Biasa, Agak Bingung Campur Sungkan
The Power of SILATURAHIM!
#1harilagiEvolusiKOMPASS
by KOMPASS