Belajar Peduli dari Sadiyo Sang Pemulung

Wejangan Dr. Aqua Dwipayana
Berikut Wejangan Dr. Aqua Dwipayana 1 Mei 2018, ” Belajar Peduli dari Sadiyo Sang Pemulung ” melalui WAG KOMPASS – Nusantara (WhatsApp Group Komunitas Para Sales Super – Nusantara).
Dr. Aqua Dwipayana, Kompasser Yogyakarta, Motivator Nasional, Konsultan Komunikasi, Pengamat Militer dan Kepolisian RI, dan Penulis buku Best Seller “The Power of Silaturahim: Rahasia Sukses Menjalin Komunikasi”.
Belajar Peduli dari Sadiyo Sang Pemulung

Serial (22) Umroh The Power of Silaturahim II
Belajar Peduli dari Sadiyo Sang Pemulung
Oleh: Bambang Cahyono
Sadiyo Cipto Wiyono, warga Dukuh Grasak RT 42 RW 11, Desa/Kecamatan Gondang, Sragen, Jawa Tengah, tak mampu berkata-kata saat ditelepon Nurcholis MA Basyari, Ketua Rombongan Umroh The Power of Silarurahim (POS) II. Dia dikabari mendapat anugerah umroh gratis ke Tanah Suci. Sadiyo tersungkur dalam sujud syukur.
Nurcholis yang sebelumnya sama sekali tidak dikenalnya membuat Sadiyo sedikit waspada sehingga telepon seluler yang masih terhubung dia serahkan ke salah satu kerabatnya. Kepada lawan bicaranya, Nurcholis kemudian menanyakan apakah Sadiyo punya kerabat atau keluarga di Jakarta dan sekitarnya.
“Ada, anaknya tinggal di Bekasi,” kata si penerima telepon.
Nurcholis kemudian meminta nama dan nomor telepon anak Sadiyo yang tinggal di Bekasi, Jawa Barat, itu. Tujuannya tentu untuk mempertegas informasi mengenai keikutsertaan tukang becak sekaligus pemulung itu dalam rombongan Jamaah Umroh POS II. Juga untuk memberikan arahan apa-apa yang harus dipersiapkan oleh Sadiyo.
Tak lama berselang, Parman –anak Sadiyo yang tinggal di Bekasi itu- malah yang menelepon Nurcholis. Dia menanyakan perihal umroh gratis untuk ayahnya itu. Parman pun mafhum dan selanjutnya menyampaikan kepada ayahnya bahwa informasi dari Nurcholis itu sahih.
Pemberangkatan umroh gratis ini diprakarsai oleh Aqua Dwipayana, motivator nasional dan penulis buku super best seller berjudul The Power of Silaturahim: Rahasia Sukses Menjalin Komunikasi.
Sadiyo yang kini berusia 66 tahun ini merupakan salah satu dari 39 anggota Jamaah Umroh POS II yang telah melaksanakan serangkaian ibadah umroh di Mekah dan Madinah, Arab Saudi, pada 18-26 April 2018 lalu. Umroh gratis plus uang sakunya itu buah dari amal kebajikan yang ditebarkan oleh Sadiyo selama ini tanpa pamrih. Di tengah keterbatasannya sebagai tukang becak/pemulung, Sadiyo masih dapat menunjukkan kepedulian yang tinggi terhadap sesama.
Sisihkan Penghasilan Untuk Menambal Jalan
Sadiyo yang penghasilannya tak menentu ini, rela menyisihkan separo dari pendapatannya untuk kegiatan sosialnya, yakni menambal jalan yang rusak. Buat makan saja mungkin susah, tapi Sadiyo rela menyisihkan uang hasil penjualan barang-barang bekas yang besarnya tak seberapa tersebut untuk menambal jalanan berlubang yang dijumpainya di mana pun ketika melaluinya.
Sebagai tukang becak/pemulung yang penghasilannya tidak seberapa itu, tindakan Sadiyo tentu tidak sepi dari cemooh. Namun, cibiran itu tak menyurutkan tekadnya untuk berbuat bagi terhadap sesama.
“Hasil rongsokan yang saya kumpulkan selama seminggu saya jual. Rata-rata hasil penjualannya antara Rp100- 150 ribu ,” kata Sadiyo.
Penghasilannya yang terbilang minim tersebut separohnya dia alokasikan untuk membeli semen guna menambal jalan berlubang yang dijumpainya. Adapun material lain, seperti pasir dan koral dia minta pada orang yang kebetulan sedang membangun rumah. Ada yang langsung memberi, tidak jarang pula yang menolaknya.
“Kula mboten pingin wonten tiyang dhawah kejeglong (saya tidak ingin ada orang celaka akibat terperosok jalan berlubang-pen),” kata Sadiyo dalam bahasa Jawa.
Sadiyo lalu mengisahkan inisiatifnya menambal jalan rusak yang dilakukannya sejak 2012. Saat itu, dirinya terjatuh akibat terperosok di jalan yang berlubang bersama becak kesayangannya yang setiap hari digunakan untuk mencari barang-barang bekas.
“Karena papasan dengan sepeda motor, becak saya masuk ke jalan yang rusak. Saya dan becak saya terjatuh sampai menyebabkan beberapa luka. Bahkan becak saya juga rusak,” tutur kakek tujuh cucu ini.
Jika ukurannya adalah harta, Sadiyo memang termasuk miskin. Namun, sejatinya dia kaya karena mampu berbagi dengan sesama. “Secara lahiriah saya memang miskin. Miskin harta, tapi tidak miskin hati.”
Apa yang dilakukan Sadiyo tersebut tidak sepenuhnya diterima oleh lingkungannya. Bahkan ada yang menganggapnya Sadiyo hanya mencari perhatian. Atau malah muncul tudingan dia, mendapatkan proyek dari Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Sragen.
Pernah suatu kali dia didatangi Bupati Sragen Yuni Sukowati. Kedatangan Yuni ini untuk menyampaikan apresiasi kepada Sadiyo. Namun Sadiyo menolak pemberian bantuan dari Bupati Yuni.
“Semua. sudah saya niatkan untuk ibadah. Saya tidak mengharapkan imbalan,” tandasnya mantap.
“Gusti Allah mboten sare (tidak tidur). Alhamdulillah, ternyata ALLAH SWT lewat Pak Aqua, memberi imbalan berupa ibadah umroh ini,” ujarnya dengan nada tersendat. Matanya berkaca-kaca menahan haru bercampur bahagia.
Sadiyo sebelumnya tidak mengenal siapa Aqua Dwipayana, sosok yang memberangkatkannya umroh bersama 38 anggota lain Jamaah POS II itu secara gratis.
“Saya tahu Pak Aqua ya ketika bertemu di Mess Seskoad, saat pembekalan dan manasik,” ucapnya.
“Saya tidak bisa membalas budi baik Pak Aqua sekeluarga. Hanya ucapan terima kasih dan do’a yang tulus saya sampaikan.”
Penulis adalah Jurnalis anggota Jamaah Umroh POS II yang tinggal di Tulungagung – Jawa Timur.
Baca juga: Ustadz Muda yang Disukai Jamaah POS II
Demikian Wejangan Dr. Aqua Dwipayana 1 Mei 2018, ” Belajar Peduli dari Sadiyo Sang Pemulung ” melalui WAG KOMPASS. Semoga bermanfaat.
The Power of SILATURAHIM ..
SILATURAHIM Marketing ..
SILATURAHIMER Marketing ..