Aqua Antara Kritik dan Motivasi – 2-Habis

Wejangan Dr. Aqua Dwipayana
Berikut Wejangan Dr. Aqua Dwipayana 22 Maret 2018, ” Aqua Antara Kritik dan Motivasi – 2-Habis ” melalui WAG KOMPASS – Nusantara (WhatsApp Group Komunitas Para Sales Super – Nusantara).
Dr. Aqua Dwipayana, Kompasser Yogyakarta, Motivator Nasional, Konsultan Komunikasi, Pengamat Militer dan Kepolisian RI, dan Penulis buku Best Seller “The Power of Silaturahim: Rahasia Sukses Menjalin Komunikasi”.
Aqua Antara Kritik dan Motivasi – 2-Habis
Gerakan yang Perlu Digelorakan
Pengantar : tulisan bagian kedua ini mengupas tentang kritik dari beberapa teman dan cara saya mengatasinya. Mengapa saya selalu berbagi informasi aktivitas saya. Cakfu menuliskan secara runtut.
Nama Aqua Dwipayana hampir semua orang tahu merupakan sosok penebar virus silaturahim dengan semua ikutannya. Amalan baiknya banyak mendapat pujian. Namun, bukan berarti dia bebas kritik.
Kritik bukan karena perbuatan baiknya, melainkan penyebaran informasi amalan tersebut yang oleh beberapa teman dinilai sebagai riya (pamer). Dalam pengajian di musala disebutkan riya bisa menjurus pada syirik kecil. Wallahu alam. Bung Aqua sedikit gundah dengan penilaian tersebut.
Bak orang bijak saya katakan pada beliau, yakinlah bahwa tidak ada setitik pun rasa jahat, iri, dengki, dari teman-teman pengkritik itu pada sampeyan. Mereka melemparkan kritik tersebut —meski terasa sangar—namun sesungguhnya didasari rasa cinta. Mereka ingin sahabatnya tetap jadi sahabat di akhirat kelak. Karena itu, mereka merasa wajib mengingatkan.
Sebagai intelektual, Bung Aqua berpikiran terbuka menerima kritik. Biasanya dia menanggapi kritik tersebut dengan komunikasi, silaturahim. Penjelasan dengan tutur kata yang santun, rendah hati, dan senyum yang selalu mengembang tak jarang mampu mengubah persepsi teman-teman yang semula memberikan kritik tajam.
Diakui tidak semua kritik bisa bisa dijawab dengan cara tersebut. Bahkan, kadang kritik itu dirasakan bagai teror berkesinambungan. Dia seakan terus-menerus dilempari tai kuda atau telur busuk. Kritik, bagi dia, tidak masalah. Tapi, dia mengaku lebih menghormati jika para kritikus itu sudi menghubunginya langsung melalui jalur pribadi (japri) dan dengan menggunakan etika komunikasi dan kesantunan sehingga bisa diskusi.
Aqua juga menegaskan bahwa yang paling tahu tentang niat baiknya hanya ALLAH SWT. Sehingga semua yang dilakukannya sepenuhnya dipertanggungjawabkan kepada Sang Pencipta.
Selain itu katanya dalam membantu sesama dan aktivitas sosial lainnya, orang yang mengkritik itu belum tentu lebih baik dari dirinya. Sebagian orang memang hanya bisa mencela orang lain tapi alasannya banyak sekali jika diajak untuk berbuat yang sama.
Berkat Mensyiarkan Lewat Tulisan Banyak Nonmuslim yang Bantu Umroh
Aqua merasa geli plus prihatin dengan orang yang ‘menghakimi’ dirinya. Seakan-akan orang itu lebih tahu tentang diri serta yang ada dalam diri dan pikiran Aqua. Padahal yang maha tahu segala2nya termasuk mengenai diri seseorang hanya ALLAH SWT.
Menurut Aqua selama ini gaya dia mensyiarkan kebaikan seperti itu -menceritakan lewat berbagai tulisan- telah banyak membuahkan hasil dan virus kebaikan. Di antaranya dari waktu ke waktu gerakan silaturahim yang konsisten dilakukannya diikuti banyak orang. Selain itu teman2nya memberi bantuan biaya umroh hingga ratusan juta rupiah kepadanya.
Jika berbagai perilaku baik itu tidak disyiarkan terus-menerus ke orang banyak, tidak akan ada yang tahu. Sehingga tidak ada yang meneladani dalam silaturahim dan ngga ada yang partisipasi untuk umroh.
Hebatnya sebagian teman2nya yang membantu biaya umroh agamanya nonmuslim. Mereka terpanggil untuk membantu setelah membuktikan sendiri keseriusan dan komitmen Aqua yang tinggi untuk berbagai kegiatan sosial utamanya membantu sesama.
Untuk menjaga keseimbangan jiwanya menghadapi gelombang kritik tersebut, dia lebih memilih mengabaikannya alias cuek. Emangnya gue pikirin. Tegasnya. Banyak suara terdengar di jagat ini. Mulai suara sember banci nyanyi sampai suara merdu nyanyian burung. Saya memilih suara yang enak didengar saja, katanya.
Hatinya sedikit terluka. Tapi, dia tidak mau satu noktah kuman tersebut terpelihara dan mengakibatkan penyakit parah. Aqua biasanya menyebut dengan sampah yang harus dibuang jauh2. Ternyata, Bung Aqua juga berhati lembut. Mudah menerima maaf. Seulas senyum dan jabat tangan dari kritikus cukup membersihkan titik kecil bibit penyakit di hatinya itu. Alhamdulillah.
Dakwah, Ajakan sekaligus Contoh
Di luar masalah khilafiyah tersebut, beberapa teman pengkritik mungkin masih berpedoman pada pelajaran jurnalistik Jawa Pos tempo dulu. Seingat saya, waktu itu Pak Bos Dahlan tidak membolehkan wartawan menulis, memberitakan diri sendiri. Apalagi, jadi lakon. Termasuk, tulisan gaya bertutur (gaya Saya) seperti ini. Kecuali, wartawan itu dalam posisi sangat penting. Misalnya, menjadi saksi mata dalam sebuah peristiwa besar.
Contohnya, mengalami sendiri peristiwa di daerah konflik, berada di TKP ketika terjadi pengeboman, perampokan, dan sebagainya.
Tapi, itu dulu sekali. Ketika sebagian besar wartawan masih bondo dengkul —semisal saya hehehe… Menceritakan diri sendiri seperti orang penting saja. Zaman kini sungguh beda. Tak sedikit wartawan lulusan S2, bahkan doktor. Apalagi, munculnya teknologi android di HP yang membuat hampir semua orang —termasuk saya—menjadi narsis. Semua bisa menceritakan diri sendiri, lengkap dengan foto dan video.
Tentang penyebaran informasi amalan itu, tentu saja Bung Aqua punya alasan sendiri. Silaturahim, termasuk mengunjungi orang sakit, takziah, menyantuni dhuafa, dan sebagainya itu merupakan sebuah gerakan. Karena itu, perlu digelorakan agar lebih banyak orang yang melakukan.
Sharing informasi tersebut dikategorikan sebagai dakwah, ajakan, sekaligus contoh. Sebab, dalam pandangan dia, banyak sekali orang mampu yang masih perlu dimotivasi agar suka menyantuni, rajin silaturahim. dan membahagiakan banyak orang.
Saya ingat anak teman saya yang suka sekali membahagiakan sepupu dan keponakannya. Dua kali tiap tahun dia mengajak sepupu dan keponakannya refreshing ke vila di luar kota atau menginap di hotel bintang empat di kota. Sekedar berenang dan makan bersama. Makanan bawa dari rumah, bukan makanan hotel. Tak kurang dari 25 sampai 35 orang menempati dua suite room atau satu apartemen. Riuh memang, tapi, mereka senang, bahagia.
Anak teman ini bukan orang sangat berkecukupan. Hanya karyawan bank swasta. Bahkan, mobil saja tak punya. Ibunya sering bilang, duit untuk refreshing itu lebih baik ditabung untuk keperluan keluarga. Anak itu bilang, salat, puasa, zakat, bahkan haji, kata Pak Ustad, itu merupakan ibadah untuk diri sendiri. Sedangkan menyenangkan, membahagiakan sanak saudara ini, untuk ALLAH SWT.
Masya Allah. Saya yakin, seiring waktu akan lebih banyak lagi orang yang kebagian kebaikan dari gerakan silaturahim menyantuni, juga motivasi Bung Aqua ini. Insya ALLAH.*
Salam,
Cakfu
Baca juga: Ke Lombok, Belajar pada Rusydi Zakaria Thalib yang Sukses Bisnis Apotek dan Jual Beli Mobil Bekas
The Power of SILATURAHIM!
Siapakah Dr. Aqua Dwipayana, apakah beliau tokoh terkenal?
Betul Bu Devi, Bapak Aqua Dwipayana adalah TOKOH TERKENAL, dengan tagline “THE POWER OF SILATURAHIM”, Profil Beliau bisa lihat di paragraf pertama pada tiap artikel, seperti artikel ini https://www.kompass.id/terima-kasih-sriwijaya-air-seskoad-dan-sponsor/